Selasa, 05 April 2011

Sepuluh Rukun Bai’at Hasan Al Banna


Sepuluh rukun bai’at. Bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas dakwah, hal ini mungkin bukan sesuatu yang baru. Bagi Ikhwanul Muslimin atau Gerakan yang terinspirasi olehnya risalah kecil itu telah menjadi pokok kajian gerakan. Risalah itu telah memberi arahan metodologis bagi strategi perubahan sosial dan pembentukan organisasi yang kohesif.

Berikut adalah hasil refleksi mengenai sepuluh rukun bai’at itu. Refleksi yang distimulasi dari permintaan untuk mengisi sebuah acara di Jati Pulo. Refleksi ini adalah apa yang saya pahami dari keterangan, buku dan diskusi terkait dengan isi dari risalah ini.

Pertanyaan awal adalah apa yang dimaksud dengan rukun bai’at ? Rukun sebagaimana kita ketahui terkait dengan sah tidaknya sebuah aktivitas. Membaca al fatihah, rukuk, sujud adalah rukun sholat. Jika tidak dilakukan, sholat menjadi tidak sah. Apa makna rukun dalam rukun bai’ah ? Aktivitas yang jika tidak dikerjakan, sebuah tujuan bisa tidak bernilai. Dalam hal ini tujuan dari rukun bai’at ini adalah komitmen terhadap sebuah gerakan. Apa makna bai’at, barangkali ini sering menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan karena konotasi tertentu? Janji setia. Kenapa butuh bai’at, apakah syahadat saja tidak cukup bagi kita ?


Janji setia terkait dengan pekerjaan besar yang ingin dicapai dan butuh komitmen tinggi untuk mencapainya. Di zaman Rasulullah juga terjadi beberapa bai’at, bai’tur ridhwan salah satunya.

Apa tujuan Hasan Al Banna menuliskan rukun bai’at ini ? Dalam kata pengantarnya, risalah ini ditujukan untuk anggota Ikhwanul Muslimun dalam kategori pejuang (aktivis). Tujuan risalah ini adalah mengubah status afiliatif seseorang menjadi partisipatif dan kontributif dalam organisasi Ikhwan (menggunakan skemanya Anis Matta).

Rukun pertama. Dimulai dari Fahm. Pemahaman. Kenapa bermula dari sini ? Prioritas. Ilmu mendahului perkataan dan perbuatan. Kenapa tidak diungkapkan dengan ilmu ? Karena faham adalah tujuan dari ilmu (Yusuf Qardawi). Ilmu sesungguhnya bukan dengan banyaknya hafalan tetapi dalamnya pemahaman. Skema pemahaman dasar yang diinginkan dimiliki oleh ikhwan disebutkan dalam Ushul ‘Isyrin (Dua puluh prinsip pemahaman Islam Ikhwanul Muslimun). Faham adalah prinsip pengetahuan.

Ikhlas. Prinsip motivasi. Motivasi internal yang memberi energi untuk selalu bekerja.

Amal. Buah dari fahm dan ikhlas. Tertib amal dari memperbaiki pribadi sampai dengan menjadi guru peradaban. Tertib amal ini terbagi menjadi amal individu (fardi) dan amal kolektif (kolektif). Dalam rukun ini tertib amal yang disebutkan merupakan refleksi cita-cita besar Ikhwan. Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari.

Jihad. Semangat keunggulan. Amal yang dilakukan tidak cukup dilakukan sekedarnya, tetapi perlu dikerjakan hingga memenuhi kualitas jihad.

Tadhhiyah. Mencapai keunggulan perlu pengorbanan. Spirit untuk selalu memberi. Ruhul badzl. Tidak ada jihad tanpa pengorbanan.

Taat. Semangat yang menggebu, pengorbanan yang banyak tidak boleh salah arah. Karena kerja dilakukan secara kolektif, dalam organisasi, ada kerangka strategi yang perlu diperhatikan. Taat adalah mentaati strategi yang telah ditetapkan.

Tsabat. Determinasi diri. Istiqamah. Sabar. Terus bekerja, meski waktu demikian lama. Waktu adalah bagian dari solusi.

Tajarrud. Totalitas. Loyalitas terhadap ideologi. Shibghah, mencelupkan diri aqidah secara total.

Ukhuwah. Spirit cinta. Hati dan ruh yang berpadu dengan Ikatan aqidah. Dimulai dari lapang dada (salamatus shodr) hingga mengutamakan orang lain (itsar).

Tsiqah. Tenangnya hati terhadap kompetensi dan kejujuran pemimpin. Peran pemimpin sebagai orang tua dalam ikatan hati, guru dalam memberi ilmu, syaikh dalam pendidikan ruhani dan komandan dalam menentukan kebjakan dakwah.

sumber: http://refleksibudi.wordpress.com/2008/08/04/sepuluh-rukun-baiat-hasan-al-banna/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar