Selasa, 12 Juli 2011

Mayoritas Pemuda Muslim Malaysia Inginkan Al-Quran Sebagai Sumber Hukum



Sebuah survei terbaru di kalangan pemuda Muslim Malaysia yang dirilis Senin kemarin (11/7) menunjukkan sebagian besar pemuda menginginkan hukum Al-Quran menggantikan Konstitusi Federal sebagai hukum tertinggi di negara itu.

Survei di Malaysia yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat independen Merdeka Center mengungkapkan bahwa sekitar 72 persen pemuda Muslim berusia 15 sampai 25 tahun mendukung kitab suci Islam dijadikan sebagai hukum tertinggi dan hanya 25 persen yang tidak setuju.


71,5 persen pemuda muslim mendukung potong tangan sebagai hukuman bagi pencuri dan 92,5 persen setuju dengan hukuman mati bagi pembunuh.

Dukungan untuk mencambuk sebagai hukuman bagi mereka yang minum alkohol disetujui oleh 92,4 persen responden.

Sementara pemuda Muslim yang disurvei tampaknya memiliki pemahaman religius konservatif pada pandangan pertama, ternyata pandangan mereka dalam kehidupan nyata bertentangan dengan dukungan bagi perubahan ini.

Hanya 18,1 persen mengaku sering membaca Al-Quran; 8,6 persen mengatakan mereka tidak pernah melakukan hal itu, dan sisanya mengatakan mereka membacanya kadang-kadang.
Hanya 28,7 persen mengatakan mereka selalu melakukan shalat wajib lima kali sehari.

Menurut direktur Merdeka Center Ibrahim Suffian, konflik ini terjadi karena persepsi di kalangan umat Muslim bahwa Al-Quran, karena hukum Allah, memiliki status yang lebih tinggi daripada Konstitusi Federal.
"Mengapa banyak yang berpandangan begitu karena dalam kehidupan Muslim, Al-Quran merupakan sumber yang lengkap," katanya kepada The Insider Malaysia.

Survei dilakukan terhadap responden sebanyak 1.060 orang antara bulan Oktober dan November tahun lalu.
Sekitar 70 persen Muslim Malaysia yang disurvei merupakan etnis Melayu, sedangkan sisanya sebagian besar minoritas Muslim Bumiputera dari Sabah.
Survei juga termasuk pemuda Muslim di Indonesia, yang merupakan rumah bagi penduduk Muslim terbesar di dunia.

Dalam survei yang sama untuk mengetahui prioritas mereka di masa depan, hanya 20 persen dari pemuda Muslim Indonesia menjawab "Ya" ketika ditanya apakah Al-quran harus mengganti konstitusi negara mereka.
Survei yang bertajuk "Nilai, mimpi, Cita-cita: Pemuda Muslim di Asia Tenggara" dilakukan bersama-sama oleh Merdeka Center dengan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Goethe Institut Malaysia, Friedrich Naumann Stiftung untuk Kebebasan dan di sisi Indonesia dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar